Soeharto, Presiden kedua Indonesia, lahir pada 8 Juni 1921 di Kemusuk, sebuah desa kecil di Yogyakarta. Soeharto berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya, Kertosudiro, adalah seorang petani, sementara ibunya, Sukirah, adalah seorang wanita yang sangat menjaga pendidikan dan kehidupan keluarganya. Meski dari keluarga yang sederhana, Soeharto memiliki tekad yang kuat untuk meraih pendidikan yang lebih baik dan mengubah nasibnya.Putut0gel
Sejak kecil, Soeharto dikenal sebagai anak yang rajin dan tekun. Ia bersekolah di Sekolah Rakyat di Kemusuk dan kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Militer di Yogyakarta. Di sinilah Soeharto mulai menumbuhkan minatnya di dunia militer, yang kelak menjadi bagian besar dari hidupnya. Pada usia 18 tahun, Soeharto bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), mengikuti jejak banyak pemuda Indonesia yang terinspirasi oleh semangat kemerdekaan yang berkobar saat itu.
Di dalam militer, Soeharto menempuh berbagai pendidikan dan pelatihan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Ia menjalani latihan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) dan kemudian mendapatkan pelatihan lanjutan di Hollandia (sekarang Jayapura). Dalam perjalanannya, Soeharto menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan mendapatkan promosi yang pesat, yang membawa dirinya menjadi salah satu jenderal senior di TNI.Putut0gel
Namun, perjalanan karier militer Soeharto tidak langsung mulus. Pada masa awal kariernya, Soeharto menghadapi banyak tantangan, termasuk ketidakpastian politik dan kondisi negara yang masih terpengaruh oleh penjajahan Belanda. Tapi, dengan ketekunan dan disiplin yang tinggi, Soeharto akhirnya berhasil menjadi bagian dari struktur militer yang lebih tinggi. Ketika Indonesia memasuki era kemerdekaan pada tahun 1945, Soeharto menjadi bagian dari tentara Republik Indonesia yang menghadapi serangan dari Belanda dan Jepang.
Pada 1965, Soeharto terlibat dalam peristiwa penting yang menjadi titik balik dalam sejarah Indonesia: Gerakan 30 September atau G30S/PKI. Peristiwa ini menjadi momen penting yang membuka jalan bagi Soeharto untuk naik ke tampuk kekuasaan setelah Presiden Sukarno kehilangan pengaruh politiknya. Setelah peristiwa tersebut, Soeharto mengambil alih komando militer dan secara perlahan mulai menata ulang struktur pemerintahan Indonesia.